Tarian Tiba Meka

         Tarian tiba meka adalah salah satu jenis tarian adat tradisional budaya Manggarai. Tarian ini melambangkan budaya sopan santun orang Manggarai ketika menyambut tamu yang baru datang ke kampung ataupun insatansi di daerah Manggarai. Dalam konteks budaya Manggarai, tarian “tiba meka” dijadikan sebagai tradisi yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Manggarai. tarian “tiba meka” Sesuai maknanya ”Tiba” artinya  terima dan “Meka” artinya  tamu. Jadi tarian tiba meka adalah tarian penyambutan tamu yang baru dating atau berkenjung ke tana manggarai. Tarian ini dimainkan oleh putra dan putri. Aksesoris atau busana tari juga tak kala menarik dengan keindahan busana adat Manggarai. Penari laki-laki umumyan menggunakan baju puti serta kain sonke Manggarai “towe songke” dan memakai sapu atau topi adat orang manggarai. Untuk penari perempuan menggunakan kain kebaya asli orang Manggarai dan dilengkapi oleh memakai sarung khas Manggarai “towe songke”, selendang motif “songke”, bali belo yang merupakan mahkota kecantikanorang manggarai. Dalam pelaksanaan acara penyambutan tamu baru “tiba meka” orang Manggarai akan melewati beberapa rangkaian acara diantaranya, yaitu:


        Pertama, Reis tiba di’a (penyambutan dengan baik). Terdapat tiga hal penting dalam acara reis, yaitu sapaan pembukaan atau pengantar yang disampaikan oleh ketua adat atau utusan warga sekampung, yang berfungsi sebagai “laro jaong” juru bicara dan “letang temba” mewakili warga kampug. Kedua, Ungkapan kegembiraan. Bagian ini menunjukkan kegembiraan warga kampung karena mereka melihat tamu telah datang. Ungkapan kegembiraan (naka) itu diwakili oleh penutur adat dengan kata kapu (memangku). Ketiga, Penutup. Dalam bagian ini, tamu diberi ayam jantan berwarna putih dan tuak (dalam kondisi tertentu bisa menggunakan bir) sebagai puncak kegembiraan dari warga kampung yang diwakili oleh penutur adat sebagai tanda kehormatan. Di sini tuak menjadi lambang penyerahan seluruh harapan kepada tamu yang datang untuk bergembira bersama semua warga kampung.


        Kedua “Pandeng cepa” (pemberian siri pinang). Acara pandeng cepa lebih pada tindakan pemberian sirih pinang kepada tamu. Dalam kebiasaan orang Manggarai, yang berperan untuk memberikan siri pinang adalah kaum perempuan. Meskipun tanpa pernyataan adat, pandeng cepa sarat dengan makna simbolis. Dalam adat Manggarai setelah menyapa tamu, pertama-tama diberikan sirih pinang. Sirih pinang dipakai dalam kebudayaan orang Manggarai sebagai reis (ucapan selamat datang secara simbolis).


        Ketiga, “Inung kopi” (minum kopi) Setelah pemberian siri pinang, akan disuguhkan “kopi kolang” (kopi panas) sebagai minuman pembuka. Inung wae kolang merupakan kebiasaan penting orang Manggarai. Setiap kali orang bertamu, selalu disuguhkan minuman. Setelah acara minum selesai, dilanjutkan dengan tegi reweng (memintah peneguhan), yang diwakili oleh satu orang warga kampung.

        Sumber https://desawisatameler.com/tarian-tiba-meka/







Komentar

Posting Komentar